Senin, 17 Agustus 2009

Seputar Penyelaman Rohani GPPS 2009

Pembacaan sambutan oleh Ketua Umum MP GPPS (Pdt. Ibrahim Imam)

yang diwakili oleh Sekretaris MP GPPS (Pdt. Paul Zaitun, MA)


(gambar kiri)
Pdt. DR. R.F.Martino, Pdt. Ibrahim Imam, Pdt. Dr. Junias D.S,
Pdt. Muliadi Sembiring, M.Div, Pdt. Wem Laurens Dopong, S.Th.
(gambar kanan):
Pdt. Paul Zaitun, MA, Pdt. Jusak Sumolang, MA, Pdt. Paulus Goamithe,
Pdt. Benny Kawotjo, M.Div, Pdt. Frans Neman, MA, Pdt. Cornelius Rorie

Pdt. Paul Zaitun, MA dan Alm. Pdt. DR. Ishak Lew Lewi Santoso (Founder GPPS)

Pdt. Paul Zaitun, MA didoakan oleh Founder GPPS: Pdt. DR. Ishak Lew Lewi Santoso
sebulan sebelum beliau dipanggil pulang ke Rumah Bapa di Sorga

Pelayanan di GPPS Balikpapan

Pdt. Paul Zaitun, MA, Fotho bersama dengan Pdt. James Laymena dan keluarga
di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya - Balikpapan - Kalimantan Timur

Pelayanan di GPPS Bontang

Pdt. Paul Zaitun, MA, Foto bersama dengan Bapak Pdt. Bobby Johansah dan istri beserta dengan para pejabat GPPS Bontang yang baru ditahbiskan

Pelayanan di GPPS Berau

Pdt. Paul Zaitun, MA, menyerahkan SK Kenaikan Jabatan Pendeta
kepada Pdt. Judith Julaika di GPPS Berau-Kalimantan Timur

MURAHAN ATAU KEMURAHAN?
(artikel rohani)

“Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan”
(Matius 5:7)

Istilah murahan dan kemurahan seolah-olah mirip tetapi ternyata istilah kedua kata tersebut mengandung makna yang sangat berbeda, bagaikan langit dan bumi. Kadangkala, manusia Kristiani sulit membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar, mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang harus dipersembahkan kepada Tuhan dan mana yang “tidak boleh” dipersembahkan kepada Tuhan (hal-hal yang bercacat; jelek, tidak baik, dan sejenisnya).

Bapak/Ibu serta Saudara/sdri yang kekasih dalam Tuhan Yesus Kristus; kata murahan dan kemurahan merupakan dua kata yang berasal dari kata dasar yang sama, yakni: “murah” namun mengandung makna yang berlainan.
Kata “Murahan” adalah kata sifat yang mengandung hal yang negative; artinya sesuatu yang tidak “berharga” (kualitasnya kurang, cacat, jelek dan sejenisnya).
Sedangkan kata “Kemurahan” adalah kata sifat yang mengandung unsur positif, yaitu: di mana suatu pribadi memiliki sifat yang suka memberi dan baik hati kepada pribadi yang lain serta suka menolong dan membantu orang lain.
Kekasihku di dalam Tuhan Yesus Kristus, jika demikian bagaimana sikap kita sebagai jemaatNya untuk hidup di dalam kemurahan dan bukan hidup menjadi orang yang murahan? Nah, dalam hal ini, kita sebagai jemaat Tuhan perlu menyadari bahwa kita jangan hanya mau selalu menerima dan menerima namun kita mau belajar untuk hidup dalam kemurahan. Dan sebagai gereja Tuhan, apa saja wujud kemurahan yang harus kita lakukan, baik untuk sesama maupun untuk Tuhan?
Ada beberapa hal sebagai wujud kemurahan hati yang perlu kita terapkan dalam kehiddupan ini; baik untuk sesama kita maupun untuk Tuhan, antara lain:

Murah hati kepada Tuhan:
Murah hati kepada Tuhan, berarti kita sebagai gereja Tuhan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Murah hati untuk mengembalikan milikNya Tuhan (Perpuluhan) jangan kita tahan milik Tuhan, harus dikembalikan kepada yang empunya (Mal.3:6-12)
Murah hati untuk berkorban dan tidak kikir (Amsal 3:9-10, Lukas 6:38) dalam rangka memperhatikan pekerjaan Tuhan di muka bumi ini.
Murah hati untuk beribadah kepada Tuhan (I Tim. 4:7-8)
Murah hati untuk melayani Tuhan (I Korintus 15:58; Roma 12:11)

Murah hati kepada sesama:
Murah hati kepada sesama kita manusia, berarti jemaat Tuhan atau gereja Tuhan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Murah hati untuk saling menolong (Galatia 6:9-10)
Murah hati untuk memperhatikan fakir miskin dan janda-janda (Yak.1:26-27)
Murah hati untuk saling menguatkan (Ibrani 10:25)
Murah hati untuk saling memaafkan dan mengampuni (Matius 6:14-15)
Murah hati untuk saling menghargai dan mengormati (Roma 12:10)
Murah hati untuk saling mengasihi dengan tidak munafik (Roma 12:9)
Bapak/Ibu serta Saudara (i) dalam Tuhan Yesus Kristus marilah kita renungkan kembali; sudahkah kita menjadi gereja Tuhan yang murah hati ataukah gereja Tuhan yang “murahan” yang hanya suka “minta-minta” dan tidak suka memberi atau hidup dalam kemurahan? dengan demikian, kita perlu kembali untuik belajar dan belajar, agar kita benar-benar menjadi gereja Tuhan yang diberkati dengan catatan: Kita mau hidup dalam kemurahan sebagaimana Tuhan Yesus yang kita sembah adalah Allah yang penuh dengan Kemurahan, Amin.-


Oleh: Pdt. Paul Zaitun, MA.

My Family

Paul Zaitun bersama istri dan anak

Minggu, 16 Agustus 2009



Paul Zaitun dan anak Heavensent seusai wisuda dari Play Group "Alfa-Omega" Tuban

Hamba Tuhan dan Kapabilitas



HAMBA TUHAN DAN KAPABILITAS
Oleh: Pdt. Paul Zaitun, MA.-


Pendahuluan:
Dunia yang kita tinggal sekarang ini adalah dunia yang memiliki manusia-manusia “modern” dalam arti bahwa keberadaan manusia di era kontemporer sekarang ini adalah orang-orang yang memiliki suatu kemampuan yng makin mumpuni atau SDM yang cukup baik.
Kemampuan yang cukup baik dari manusia meliputi bidang-bidang disiplin ilmu yang berfariasi antara lain dibidang: ekonomi, kedokteran, informatika, hukum, social serta theologia.
Melihat kemampuan dari umat manusia yang hidup di era kontemporer, khususnya kemampuan theologia mereka, maka hal tersebut merupakan suatu alat pacu bagi hamba-hamba Tuhan yang hidup di era sekarang ini untuk memiliki tingkat kemampuan sebagai “balancing” untuk mengimbangi keberadaan mereka, sebab tanpa kemampuan sebagaimana tersebut di atas maka kita akan menjadi hamba Tuhan yang “tertinggal/atau ketinggalan zaman”.
Melalui Penyelaman Rohani GPPS tahun 2009 ini, mari kita memacu diri kita untuk memiliki suatu kemampuan yang makin meningkat. Memiliki suatu kemampuan yang makin meningkat bukan berarti kita tidak lagi mengandalkan Tuhan melalui Roh KudusNya; justru melalui kemampuan yang makin meningkat, Tuhan akan makin memakai kita sebagai hamba Tuhan yang hidup di era kontemporer.

Deskripsi
Pada bagian ini kita akan melihat tentang deskripsi (uraian/gambaran) tentang siapakah hamba Tuhan itu serta arti dari kapabilitas.

1. Hamba Tuhan
Hamba Tuhan adalah orangnya Tuhan (a man of God) yang dipanggil dan dipakai sesuai kemampuannya untuk melayani Tuhan yang adalah Tuannya.
Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, kata: Hamba dipakai kata benda “servant” atau “serve” yang berarti: bujang, pelayan dan abdi. Sedangkan dalam bentuk kata keterangan, kata hamba adalah sebagai berikut:
a. Seorang yang menghidangkan atau menyajikan
b. Seorang yang menjalankan tugasnya
c. Seorang yang melayani
d. Seorang yang mengabdi
e. Seorang yang menyediakan sesuatu
f. Seorang yang membantu
g. Seorang yang menyampaikan atau menyerahkan sesuatu
h. Seorang yang berguna bagi……
2. Kapabilitas
Kapabilitas adalah adanya suatu talenta atau kemampuan dalam diri seseorang yang difungsionalkan secara maksimal bagi kepentingan yang konstruktif.
Tuhan memberikan kepada setiap maanusia suatu talenta atau kemampuan yang berbeda-beda menurut ukuranNya.
Adapun setiap talenta atau kemampuan, haruslah digunakan secara maksimal bagi kemuliaan nama Tuhan, sebagaimana yang tertulis dalam 1 Timotius 4:14-15 sbb:
“Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.
Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang”.
Dalam kamus Dictinary Program, kata kapabilitas berasal dari kata Capability yang berarti: adanya suatu kemampuan pada seseorang.
Sedangkan seseorang yang memiliki kemampuan adalah:
a. Orang yang cakap (capable)
b. Orang yang arif
c. Orang yang punya “kuasa”
d. Orang yang punya wawasan luas (capacious)
Berbicara tentang kapabilitas tidak lepas keterkaitannya dengan kapasitas, yaitu: bagaimana seseorang harus memiliki suatu daya dan kesanggupan untuk melakukan sesuatu yang benar-benar penuh kearifan serta cakap dan mempunyai wawasan yang luas.

Hamba Tuhan dan Kapabilitas
Di atas penulis telah menjelaskan sedikit perihal keberadaan manusia di era kontemporer yang memiliki tingkat kemampuan (kapabilitas) yang cukup baik.
Melihat hal tersebut di atas, maka sebagai hamba-hamba Tuhan GPPS yang hidup di era kontemporer, marilah kita tingkatkan kemampuan kita dengan tidak melihat “senioritas” atau “junioritas” kita; percaya bahwa kita sanggup meningkatkan kapabilitas dengan daya yang kita miliki.

1. Meningkatkan Intelektualitas
a. SDM pendidikan sekuler
Kita jangan pasrah atau malu dengan pendidikan yang hanya lulusan SD atau SMP atau SMA/SMK atau sama sekali tidak lulus.
Sebagai hamba Tuhan GPPS, penulis mengajak saudara untuk meningkatkan kemampuan SDM saudara dibidang pendidikan sekuler dengan mengikuti program paket A, B dan C dari pemerintah RI.
b. SDM pendidikan Theologia
Demikian juga dengan pendidikan Theologia, sebagai hamba Tuhan GPPS kita perlu meningkatkan pendidikan Theologia kita; kita jangan pasrah dengan keberadaan yang tidak sekolah alkitab atau hanya lulus sekolah Theologia non gelar atau sederajat.
GPPS telah memiliki beberapa Sekolah Alkitab maupun Theologia yang berada di beberapa Daerah di Indonesia, antara lain:
(1) Sekolah Elkitab Surabaya (SES), berkedudukan di GPPS Sawahan Surabaya
(2) Sekolah Tinggi Alkitab Surabaya (STAS), berkedudukan di GPPS Sawahan Surabaya
(3) Sekolah Tinggi Alkitab Surabaya Extention Tuban (STAS), berkedudukan di GPPS Tuban-Jawa Timur
(4) Sekolah Tinggi Theologia Gloria, berkedudukan di GPPS Jatinegara Jakarta dan membuka cabang STT Gloria berkedudukan di GPPS Kebaron-Wiyung-Surabaya
(5) Sekolah Tinggi Alkitab Mataram (STAM), berkedudukan di GPPS Mataram
(6) Sekolah Elkitab Sumatera Utara (SES), berkedudukan di GPPS Pematang Siantar, Sumatera Utara

2. Meningkatkan Administrasi dan Management Gereja
a. Arti administarasi
Kata administrasi bera­sal dari bahasa Latin ad + ministrare, yakni suatu kata kerja yang berarti melayani, membantu, menunjang, atau memenuhi. Dari kata itu menurunkan kata benda “administratio”, dan kata sifat “administrativus” (The Liang Gie, 1992:9)
b. Arti management
Unsur dari administrasi adalah manajemen. Unsur ini akan nampak dalam penataan jabatan kepemimpinan dalam proses administrasi. Manajemen dapat didefinisikan sebagai:
“Kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain” (Sondang P. Siagian, 1994:5).
Sedangkan The Liang Gie merumuskannya seba­gai, “Rangkaian \kegiatan penataan yang berupa pengerahan orang-orang dan pengerahan fasilitas kerja agar tujuan kerja sama benar-benar tercapai” (1993:14).
Menurut The Liang Gie, ada enam kegiatan dalam menjalankan manajemen, yaitu:
(1) Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian yang urgen dalam menjalankan administrasi. Demikian juga dalam seluruh gerak pelayanan gereja­wi, kita tidak dapat melakukan seluruh pelayanan yang banyak itu tanpa adanya suatu perencanaan yang matang.
(2) Pembuatan keputusan
Pembuatan keputusan adalah kegiatan memilih sebuah kemungkinan di antara berbagai kemungkinan untuk menyelesaikan masa­lah, perselisihan, dan keraguan yang timbul dalam kerja sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
(3) Pengarahan
Pengarahan adalah kegiatan membimbing bawahan dengan jalan memberi perintah, memberi petunjuk, memberi dorongan semangat kerja, menegakkan disiplin, memberikan tegoran dan usaha-usaha lainnya yang semacam itu agar mereka dapat melakukan peker­jaannya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
(4) Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan menghubungkan individu-individu dalam organisasi kepada tugas-tugas yang sesuai, sehing­ga ada kesatuan atau keselarasan keputusan, kebijaksanaan, tinda­kan, langkah, sikap, serta tercegah timbulnya pertentangan, kekacauan, kesamaan dan kekosongan tindakan.
(5) Pengontrolan
Pengontrolan adalah kegiatan yang mengusahakan agar pelaksanaan pekerjaan serta hasilnya sesuai dengan rencana, perintah, petunjuk, atau ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan.
(6) Penyempurnaan
Penyempurnaan adalah kegiatan memperbaiki segenap segi penataan agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan cara yang efisien. Penyempurnaan ini merupakan kelanjutan dari pengontro­lan.

3. Meningkatkan SDB (Sumber Daya berkhotbah)
a. Bagaimana kita persiapkan khotbah
b. Bagaimana kita menyusun bahan khotbah
c. Bagiamana kita berkhotbah
d. Bagaimana kita mengaplikasikan khotbah

4. Meningkatkan SDK (Sumber Daya Karakter)
a. Bagaimana hamba Tuhan harus bersikap
b. Bagaimana hamba Tuhan harus berdandan
c. Bagaimana hamba Tuhan harus menjadi teladan


Penutup:
Demikian pemaparan makalah yang penulis sampaikan kepada para peserta Penyelaman Rohani GPPS 2009 pada sesi Kapita selekta, dengan tema: Hamba Tuhan dan Kapabilitas.
Harapan penulis, kiranya rekan-rekan seperjuangan hamba Tuhan GPPS se Indonesia mau berjuang untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas bagi kemajuan GPPS ke depan untuk menjadi GEREJA YANG MISIONER , TRANSFORMIS DAN MANDIRI, Tuhan Yesus yang adalah Kepala gereja memberkati kita sekalian, amin.-